Lanjut ke konten

Duh! 62,7 % Siswi Sudah tak Perawan?

Februari 17, 2010

fsaaf

DI INTERNET, saya mencoba menelusuri info terbaru mengenai gadis-gadis korban jejaring sosial dunia maya. Ada berita ditemukannya siswi SMP Diva Erriani Lelita atau Erin  (12) yang kabarnya diculik teman Facebook-nya. Ada juga berita mengenai Komnas Perlindungan Anak (KPA) yang telah menerima setidaknya 100 laporan kasus Facebook terkait dengan pengaduan tentang dampak dari penggunaan situs jejaring sosial dunia maya tersebut. Lalu di sebuah forum, tiba-tiba pandangan saya tertuju pada sebuah postingan yang cukup menohok: 2/3 Siswi SMP di Indonesia sudah tidak perawan. (lihat)

Apa gak salah, nih?

Postingan yang terakhir  ini membuat saya termangu beberapa jenak. Rasanya antara percaya dan tidak. Dalam hati saya, jangan-jangan ini hanya postingan orang iseng aja. Maklum, namanya saja di dunia maya banyak juga tulisan yang ngawur. Walau demikian, saya sangat tertarik. Penasaran ceritanya. Agar yakin, saya pun menelusuri datanya berbagai situs media arus utama. Ternyata info tadi gak salah, cuma belum lengkap. Menurut hasil survei yang dilakukan Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak 2008 di 33 provinsi di Indonesia, 62,7 % siswi remaja yang tercatat sebagai pelajar SMP dan SMA di Indonesia, sudah tidak perawan lagi! Wow…!!! (lihat)

Pertanyaannya adalah apakah nilai-nilai budaya  dan moralitas bangsa ini sudah bergeser?

Entahlah. Saya kemudian teringat tulisan Mariska Lubis di Kompasiana, Perawan, Oh, Perawan , yang mengupas  tentang arti penting keperawanan. Dalam tulisan tersebut Mariska menggambarkan bahwa di Amerika Serikat pada dekade 80-an, masih banyak orang yang punya pikiran bahwa seorang perempuan yang sudah menginjak usia remaja tidak keren bila masih perawan. Bahkan dianggap memalukan. Ini menunjukkan betapa dalam pandangan mereka keperawanan itu tidak mempunyai arti.(lihat)

Jika hasil survei Komnas Perlindungan Anak di atas benar adanya, maka justru Indonesia yang justru cenderung mengadopsi pandangan Amerika tadi.  Dalam sebuah polling menyebutkan bahwa 56 persen anak-anak gadis usia sekolah menengah di Amerika sudah melakukan hubungan seksual. (lihat) Jika ini dijadikan perbandingan, berarti kondisi Indonesia sekarang sudah lebih gawat dibanding Amerika! Karena di Amerika saat ini malah mulai ada trend di mana keperawanan menjadi simbol kekuatan seorang perempuan. (lihat)

Kok di Indonesia bisa begini, ya? Bukankah budaya bangsa ini memandang keperawanan sebagai suatu yang sangat sakral dan penting? Bahkan begitu pentingnya, tak jarang pria menceraikan istri yang baru dinikahinya setelah diketahuinya sudah tidak perawan lagi di malam pertama. Akan tetapi, jika dikaitkan dengan hasil survei ini maka jelas pandangan tersebut jelas sudah bergeser. Toh, kalau belum bergeser, maka saya tidak bisa membayangkan betapa banyaknya wanita yang nantinya akan diceraikan suaminya gara-gara mengetahui istrinya sudah tak perawan lagi. Kecuali kalau si istri mampu menipu suaminya dengan menjadi perawan palsu,  misalnya dengan melalui operasi hymenoplasti. (lihat)

Entah siapa yang salah dalam hal ini. Apakah orang tua, lingkungan, atau ada faktor lain. Mungkin ini semua penting menjadi renungan khususnya bagi orang tua yang mempunyai anak gadis remaja. Kembalikanlah budaya bangsa yang berpandangan bahwa keperawanan itu sakral adanya dan hanya untuk dipersembahkan kepada suami yang sah di malam pertama.

Semoga bermanfaat.

Salam Kompasiana

Baca juga tulisan menarik lainnya:

34 Komentar leave one →
  1. Moore permalink
    Februari 23, 2010 9:10 am

    Masalahnya bukan hanya perwan atau tidak perawan, masalahnya adalah apakah ketidak perawanannya itu secara terhormat dan mulia yaitu melalui pernikahan atau melalui kehinaan free sex?

    • Februari 23, 2010 9:59 am

      sepakat..

      Salam kenal. Senang sekali sudah singgah di lapak saya..

    • Februari 23, 2010 12:13 pm

      masalahnya menurut saya adalah apa yang disebut dengan perawan dan perjaka itu sendiri… apakah hanya sekedar selaput tipis dan belum melakukan hubungan seksual saja? ini yang harus dipertanyakan… apakah kesucian dari arti dasar perawan dan perjaka itu sendiri…

      • wilsonabdulrazak permalink
        Februari 23, 2010 4:45 pm

        perdebatan tentang selaput ato perjaka hanya dalam pathologisnya..tetapi kasus ini pada dasarnya adalah perkara tentang moral, budaya dan agama yang di anut. so perawan ato tidaklebih mendominasi tanggung jawab pribadi terhadap agama, moral dan budaya masyarakat..ok

      • Februari 23, 2010 5:23 pm

        tepat sekali… setuju!!! ini sudah masalah disorientasi moral menurut saya…

  2. darahbiroe permalink
    Februari 24, 2010 1:26 am

    waduw berat nuy klo ampe dapet bekas wakwkakwka

    klo pe purguruan tinggi berapa % ya omz heheh ngeri tok

    berkunjung dan ditunggu kkunjungan baliknya makasih 😀

    • Februari 27, 2010 2:44 pm

      Entahlah, karena survei ini dilakukan untuk SMP dan SMA. Tapi kalo SMP dan SMA-nya aja udah gitu apalagi perguruan tingginya kalee, ya.. he he he

  3. Februari 24, 2010 1:52 am

    bener-bener adapatasi konsep yang salah…………

  4. Februari 24, 2010 4:57 am

    Memprihatinkan ya….
    Aku juga pernah baca2 di detik.com…. 2/3 men….angka yang banyak..

    Kasihan suami mereka ya… Lebih baik jujur daripada ditengah2 jalan bubar..

  5. ridwan65 permalink
    Februari 24, 2010 12:49 pm

    tidak perawan karena pergaulan bebas apa tidak adanya pengawasan orang tua dan guru….?

  6. Swanggy permalink
    Februari 24, 2010 2:22 pm

    Menurut saya sih krn perkembangan ICT yg begitu dashyat……sehingga jika sebuah keluarga tdk menekankan arti kasih sayang, komunikasi yg intens tentu anaknya akan lari ke orang2 sekitarnya seperti pacar, genk dll…

  7. Aji permalink
    Februari 25, 2010 4:30 am

    parah betul moral masyarakat Indonesia (khususnya pemuda-pemudia) di zaman edan ini… Mereka tidak bisa membendung hawa nafsu duniawi seiring kemajuan globalisasi yang sedang merambah negara tercinta kita ini… Oleh karenanya, para orangtua diharapkan dapat membimbing anak2nya dengan seksama.. Keluarga memiliki peranan penting dalam membangun moral pada anak2nya… bimbinglah anak2 anda supaya tidak ikut arus yang menyimpang dimana keduniawian (hedonis, pragmatis, modernisasi, kebarat-baratan) merajalela…

  8. ozz permalink
    Februari 25, 2010 5:15 am

    Menurut saya kesalahan di sini adalah sistem pengajaran yang dilakukan sekolah, orang tua, lingkungan dan bahkan pemuka2 agama tentang sex.
    Semua mengajarkan sex bebas itu salah, tapi kok semua pada kawin cerai, nikah siri, dll!!
    Ngomongnya sex dosa tapi istrinya 4 (belom yang dinikah siri)

    Menurut saya yang perlu diajarkan bukan anti-free-sex, tapi sex yang bertanggung jawab, artinya mengajarkan akibat dari sex, bukan hanya bahwa sex itu nikmat (sering orangtua menakut2i bahwa sex itu menyeramkan dan dosa), tpi juga sakral karena dari sex inilah kita berprokreasi.
    Menyalahkan pada budaya barat yang super liberal juga tidak efektif, karena anak2 kita adalah tanggung jawab kita bukan tgg jwb orang2 bule nun-jauh di sana!

    Secara keseluruhan, menurut saya masyarakat kita lebih senang menutup mata terhadap fenomena sex bebas yang sudah dan sedang terjadi di Indonesia, dan menganggap itu hanya mitos… dan dengan menghukum orang2 yang dianggap melakukannya dianggap sudah cukup, tanpa melihat akar permasalahannya.

  9. Maret 2, 2010 5:07 am

    Yeah moral… setuju banget…
    masalahnya sekarang, bukan hanya mencari2 kesalahan… spt gara2 facebook-lah, gara2 pergaulan-lah, gara2 apa-lah…
    tapi bagaimana kita mengatasinya, dengan TEPAT.
    – ‘Terkadang’ kita tidak sadar, bahwa ajaran agama yang kita cerna saat ini sebenarnya sangatlah kompleks. Kita tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus ini, harus itu. Lihatlah sekarang, semakin jauh seseorang dari agama, semakin melenceng pula pandangan dan masa depannya. Agama dan Moral sangat penting disini, SANGAT PENTING.
    – Aturan-aturan, norma-norma, adat-istiadat, dan faktor budaya yang telah tercemar oleh budaya barat dan minimnya filter informasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua sangat berperan penting disini, SANGAT PENTING.
    – Undang-undang informasi yang serba tak karuan akar ujung batasannya. Memang benar semakin banyak informasi yang didapat oleh suatu negara, maka semakin cepat negara berkembang. tapi apakah kita mau budaya pergaulan kita seperti budaya pergaulan barat or jepang/china? Pemerintah memiliki peran penting disini, SANGAT PENTING.
    – Sifat (kasarnya) berontak remaja yang selalu ingin mengikuti perkembangan zaman-lah, mode-lah, pengetahuan-lah… tapi selama ini lebih banyak yang negatif daripada positif. Media informasi dan pemberitaan berperan penting disini, SANGAT PENTING.
    – Yang terakhir dan sayangnya,… hanya segelintir orang yang peduli akan hal-hal seperti ini…

  10. Maret 2, 2010 12:32 pm

    PRIHATIN..parahnya lagi, bukan cuman di kota besar aja, aku lahir dan tumbuh d kota kecil, tapi budaya sexnya …Wow!!! malah yg aneh, teman2ku yg di ibukota propinsi lebih menghargai keperawanannya/dirinya daripada teman2 kecilku… Apalagi sekarang, kos-kosan menjamur di kota kecilku…

  11. Maret 6, 2010 3:05 am

    kayaknya bukan cuma perempuan aja dech yang harus dikecam..
    tp siapa yang ngajak kan kaum laki2..
    jd sebaiknya baik wanita dan laki2 membatasi pergaulan sampai mana ..jangan sampai mendekati zina..harus menghormati…demikian moral harus dijaga jangan sampai merugikan di masa depan..karena bagi wanita akan berbekas…sedangkan bagi laki2 berapa kalipun dia melakukan dengan banyak wanita kayaknya anteng2 aja…
    melakukan aktivitas yang positif dan jangan mendekati tontonan atau bacaan yang asusila…
    mendekatkan diri pada kegiatan rohani…jangan sampai kita kebablasan..makanya
    back to basic…
    jangan terayu laki-laki..buaya…yang rugi kamu sendiri
    diri kamu kaum wanita itu sangat berharga jangan diserahkan karena kenikmatan sesaat..

  12. tarjee permalink
    Maret 7, 2010 11:33 am

    Kitak tidak bisa judge orang….karena setiap orang itu individual
    kalau orang itu punya nilai yg dia kira baik untuk diri dia sendiri…Let them be themselves…..kita tidak bisa memaksakan nilai2 moral yg kita kira benar untuk diri kita sendiri untuk dipaksakan dan diterima oleh orang lain …supaya mereka conform terhadap nilai kita. Everyone is individual….and let them be themselves….!!! Kita bukan God yg menghujat dan mendosakan setiap tindakan individual….!!! Be open minded….!!!

  13. November 5, 2011 7:13 am

    JAGA DIRI KALIAN!!!!

  14. Mei 13, 2013 6:46 am

    alhamdulillah….sampai nikah masih bisa mempertahankan kehormatanQ….

  15. Desember 30, 2013 8:42 am

    Reading through your article, I found something related that’s so funny in the eye of Indonesian.

    Going back to the past, how important it is for young ladies to find spouse as soon as possible, in the age between 12-13, especially in RA Kartini ages. So basically what we can see here, at that time it was very common to be married, having intercourse, or act as widow (if in any case the husband died) at such young age -commonly before 20yo.

    But now, the virginity of our ladies are questioned. We see western culture as the dangerous one, when the truth is we have it already in our own culture.

    Just want to leave you one questions, is is because the “westernization” or is it because actually we have it in our own culture.

    Thank you, and keep writing!

  16. alice pngen gituan permalink
    Februari 24, 2010 1:51 am

    🙂

  17. Februari 27, 2010 2:50 pm

    😉

Trackbacks

  1. Gila! ML Berjamaah buat Cetak Rekor Dunia « Asakompasiana's Blog
  2. Kok Demokrat Kebakaran Jenggot, Sih? « Asakompasiana's Blog
  3. Yuk, Tebak-tebakan Hasil Pansus! « Asakompasiana's Blog
  4. Koalisi Pecah Kongsi, SBY Bunuh Diri? « Asakompasiana's Blog
  5. Menemukan tuhan lewat seks « kreatif_Blog
  6. Para Penjual Keperawanan « ZONA MERAH
  7. ” ANEH..LIER..EDAN..GILA TENAN EUY..(ADOPSI DARI BLOGGER) « HELMUT T T SIMAMORA INFO
  8. Sejenak « Berbuat Terbaik Dan Berbahagia Hari Ini
  9. Ting Posting « Berbuat Terbaik Dan Berbahagia Hari Ini

Tinggalkan komentar